Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter
Instrumen-Instrumen
Pengendalian Moneter (Ascarya, 2002):
Instrumen pengendalian moneter dapat dibagi langsung atau
tidak langsung. Pada umumnya, instrumen langsung berupa
ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas moneter
sehingga tidak berorientasi pasar dan diskresinya ada di bank sentral sebagai
otoritas moneter. Instrumen tidak
langsung dapat berorientasi pasar atau tidak dan diskresinya dapat berada di
bank sentral atau di peserta pasar.
Kebijakan moneter dapat
menggunakan instrumen baik
langsung maupun tidak
langsung. Instrumen langsung adalah instrumen pengendalian
moneter yang dapat secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang
diinginkan oleh bank sentral. Adapun instrumen tidak langsung adalah instrumen pengendalian moneter yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi
sasaran operasional yang diinginkan oleh bank sentral. Dua hal utama yang dikendalikan adalah
harga (suku bunga) dan kuantitas
simpanan dan kredit yang ada pada sistem perbankan atau institusi keuangan selain
bank.
Pengendalian langsung ini
dapat dilakukan melalui kebijakan langsung yang
dikeluarkan oleh bank sentral atau dengan mempengaruhi
neraca bank-bank komersial. Pengendalian ini disebut langsung karena terdapat
hubungan korespondensi ‘one-to-one’
antara instrumen dan sasaran
operasional. Misalnya, penetapan pagu kredit dapat langsung mempengaruhi jumlah kredit
domestik yang dapat disalurkan oleh perbankan, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi jumlah uang beredar.
Sementara itu, instrumen tidak langsung merupakan usaha
untuk mengendalikan besaran moneter
dengan cara mempengaruhi neraca bank sentral. Satu hal yang penting dalam
instrumen tidak langsung
ialah bank sentral dapat
mempengaruhi posisi base money atau bank reserve yang pada gilirannya
dapat mempengaruhi kredit dan penawaran uang (Alexander, et al., 1995). Cara ini disebut tidak
langsung karena bank sentral mencapai sasaran
kebijakan dengan mempengaruhi kondisi pasar uang melalui salah satu fungsinya sebagai badan
yang mempunyai wewenang untuk
mengedarkan uang dengan
mempengaruhi kondisi yang mendasari permintaan dan penawaran
uang. Selain itu, usaha untuk
mengendalikan besaran moneter
ini dilakukan dengan
cara mempengaruhi neraca bank sentral
sendiri, khususnya item
di sisi pasivanya sendiri, yaitu reserve money yang pada gilirannya akan dapat mempengaruhi suku bunga
secara luas dan kuantitas uang dan kredit di dalam keseluruhan sistem
perbankan (Gray, et al., 2000), misalnya cadangan wajib minimum. Apabila
cadangan wajib minimum
ini dinaikkan maka kemampuan bank memberikan pinjaman menurun dan
kemudian akan mendorong kenaikan suku bunga pinjaman. Tingginya suku bunga
pinjaman akan berpengaruh pada jumlah
kredit yang dapat disalurkan, yang pada akhirnya berpengaruh
pada jumlah uang beredar.
Instrumen langsung pada umumnya bersifat
non-market based (tidak
berorientasi pada mekanisme pasar) dan diskresinya (inisiatifnya) ada di bank sentral sedangkan instrumen tidak
langsung dapat bersifat market based atau
non-market based dan diskresinya ada
yang di bank sentral atau peserta pasar (counterparts).
Baik instrumen kebijakan moneter langsung maupun tidak
langsung mempunyai berbagai macam bentuk dan masing-masing
memiliki karakteristik dan kelebihan atau kekurangan. Bentuk instrumen langsung yang banyak dipergunakan adalah
pengendalian suku bunga
(interest rate
ceilings), pagu kredit,
dan kredit program/kredit khusus (directed credits) bank sentral. Sementara itu, secara umum terdapat 3 bentuk
utama instrumen tidak langsung,
yaitu OPT, cadangan primer
(reserve requirement), dan fasilitas
pendanaan jangka pendek atau fasilitas diskonto.
Instrumen langsung mempunyai keuntungan bahwa ia dapat dipergunakan sebagai alat yang efektif bagi bank sentral untuk mengendalikan harga (dalam hal ini suku bunga) atau kuantitas (dalam hal
ini jumlah maksimum) kredit, terutama dalam tahap-tahap awal pembangunan atau dalam keadaan krisis yang bersifat
sementara. Selain itu, untuk
kondisi saat pasar-pasar keuangan
belum berkembang atau bank
sentral belum memiliki sarana yang memadai
untuk menggunakan instrumen
tidak langsung, instrumen langsung menjadi sangat penting dan efektif.
Kerugiannya antara lain adalah mengganggu dan menghalangi
kompetisi yang sehat di pasar-pasar keuangan, mengganggu mekanisme pasar yang bebas, dan menimbulkan biaya-biaya yang mungkin tidak dapat dikuantifikasi
Instrumen tidak langsung dirancang berdasarkan kebutuhan
sesuai dengan proses liberalisasi keuangan yang menitikberatkan pada efisiensi alokasi tabungan dan kredit
dalam perekonomian. Oleh karena itu, keuntungan utama
instrumen tidak langsung adalah menghilangkan semua kekurangan yang ada pada instrumen langsung. Kerugian penggunaaninstrumen
tidak langsung antara lain adalah bahwa instrumen ini tidak sepenuhnya dapat
dikendalikan oleh bank sentral.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya instrumen langsung digunakan oleh negara-negara
yang sedang berkembang sedangkan instrumen tidak langsung digunakan oleh negara-
negara maju. Dalam proses perkembangan tersebut, instrumen kebijakan moneter yang digunakan juga
berkembang ke arah yang lebih berdasar pada mekanisme pasar (market based), yaitu instrumen tidak
langsung, sejalan dengan berkembangnya pasar-pasar keuangan di negara tersebut.
Jenis instrumen langsung ada bermacam-macam, dengan
berbagai variasi, antara
lain:
1.
Penetapan Suku Bunga
Penetapan suku bunga
merupakan instrumen langsung bank sentral berupa
penetapan tingkat suku bunga baik untuk pinjaman maupun simpanan di dalam sistem perbankan. Rancangan penetapan suku bunga
dapat meliputi suku bunga
tetap atau kisaran
(spreads) antara
suku bunga pinjaman
dan simpanan. Keefektifan instrumen langsung ini terletak pada
kredibilitas sistem penegakan (enforcement) dan pengawasannya. Dengan semakin
berkembang dan terintegrasinya pasar keuangan domestik dengan pasar keuangan
internasional serta semakin berkembangnya produk-produk perbankan, perbankan
dan pelaku ekonomi memiliki banyak alternatif untuk
menghindari kebijakan penetapan suku bunga itu. Hal ini mengakibatkan
kebijakan penetapan suku bunga semakin tidak efektif. Namun, instrumen ini
masih digunakan di beberapa negara berkembang dan bahkan di negara maju sampai akhir 1980an (Alexander, et al., 1995).
2.
Pagu Kredit
Pagu kredit merupakan instrumen langsung berupa
penetapan jumlah atau kuantitas
maksimum kredit yang dapat disalurkan oleh perbankan. Mengapa kredit yang dipatok? Penyebabnya ialah, dalam
hal ini, bank sentral ingin mengendalikan jumlah atau kuantitas uang beredar
dengan secara langsung mempengaruhi jumlah
kredit domestik yang dapat disalurkan oleh perbankan yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah uang beredar. Pada
umumnya, pagu kredit
untuk suatu bank ditetapkan berdasarkan kuota. Sementara itu, kuota setiap bank ini dapat didasarkan pada modal, simpanan, dan/atau
pinjamannya. Pagu kredit ini digunakan di negara-negara Eropa barat
sampai akhir 1980an dan masih digunakan
oleh beberapa negara Afrika, Asia, dan negara-negara dalam transisi. Penerapan
instrumen ini menimbulkan distorsi alokasi sumber-sumber daya dan mengurangi
insentif bagi bank untuk memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya kepada sektor-sektor produktif
3.
Rasio Likuiditas (Statutory
Liquidity Ratios)
Rasio likuiditas merupakan instrumen langsung
yang digunakan bank sentral dengan mewajibkan bank-bank selain untuk
memelihara cadangan primer
juga untuk setiap saat memelihara surat-surat berharga tertentu atau mata uang
tertentu dengan persentase tertentu (biasanya utang pemerintah). Pada umumnya,
penerapan instrumen ini bertujuan untuk menggalang
dana yang dibutuhkan untuk
pembiayaan anggaran pemerintah melalui penjualan (secara
wajib) surat-surat utang
pemerintah kepada perbankan, sembari menciptakan pasarnya.
4.
Kredit Langsung (‘Directed’, ‘Selected’, Prioritas, dan yang sejenisnya)
Kredit langsung merupakan instrumen langsung berupa
penyaluran kredit secara
langsung (atau melalui agen pemerintah) kepada sektor, program, proyek, dan/atau kegiatan tertentu. Pada
umumnya, kredit langsung ini diberikan kepada sektor
yang sedang digalakkan oleh pemerintah namun belum cukup menarik bagi sektor swasta
atau diberikan untuk
membiayai program, proyek, dan/atau
kegiatan yang diprioritaskan oleh pemerintah. Oleh karena
itu, penggunaan instrumen ini cukup mahal
dan kemungkinan besar tidak
efektif. Kredit langsung
ini pada umumnya
tidak memerlukan adanya
agunan. Instrumen ini banyak digunakan di negara-negara dalam transisi. (Alexander, et
al., 1995)
5.
Kuota Rediskonto
Pada dasarnya, kuota rediskonto merupakan instrumen
langsung yang mirip dengan kredit
langsung (namun dijamin
dengan surat berharga pasar uang) melalui kuota untuk
memberikan insentif pengembangan sektor tertentu. Dalam hal ini bank sentral
menetapkan jumlah kuota
surat-surat berharga sektor tertentu yang dapat di re-diskonto-kan dengan
suku bunga di bawah harga pasar. Instrumen ini digunakan di
negara-negara industri secara terbatas, yang suku bunganya
di bawah suku bunga PUAB (Jerman
dan Amerika), dan di negara-negara lain untuk memberikan insentif ke sektor
tertentu (Tunisia dan Cina).
Suku bunga rediskonto ini sangat
visibel dan dapat dijadikan
sebagai sinyal perubahan kebijakan yang efektif (Alexander, et al.,
1995).
6.
Instrumen Lain
Selain instrumen-instrumen langsung yang
disebutkan di atas, terdapat pula beberapa instrumen langsung yang pada masa
dahulu (di Indonesia khususnya) pernah digunakan untuk mengendalikan uang
beredar atau money supply.
Instrumen-instrumen tersebut antara lain:
6.1. Pengguntingan Uang
Instrumen ini merupakan
instrumen langsung yang ditujukan untuk mengurangi
uang beredar. Instrumen ini pernah digunakan di Indonesia pada tahun 1950 yang terkenal dengan nama “Gunting
Sjafruddin”. Dengan pengguntingan uang, nilai pecahan
uang yang terkena peraturan ini berkurang sejumlah
persentase tertentu (misalnya
tinggal 50%) sedangkan sisanya diganti dengan surat berharga pemerintah jangka
panjang. Dari pengguntingan uang ini uang beredar berkurang langsung sebesar
persentase yang diganti dengan surat berharga.
6.2. Pembersihan Uang (Monetary
Purge)
Instrumen ini serupa
tetapi tidak sama dengan pengguntingan uang. Dengan pembersihan uang,
nilai uang diturunkan dengan persentase
tertentu tanpa ada penggantian untuk jumlah yang diturunkan tersebut. Penurunan
nilai mata uang ini dapat bervariasi. Indonesia
pernah menurunkan menjadi 10% pada tahun 1959, menjadi 3% pada tahun
1946 (satu rupiah
Jepang menjadi tiga sen uang NICA),
menjadi 1% pada tahun 1949 (100 rupiah Jepang menjadi
satu rupiah ORI), menjadi
0,1% pada tahun 1965 (1000 rupiah menjadi satu rupiah). Efek pembersihan uang sama dengan pengguntingan uang, yaitu penurunan jumlah uang beredar.
6.3. Penetapan Uang Muka Impor
Ketetapan ini berlaku bagi para importir yang
akan melakukan transaksi pembelian dari luar negeri. Dengan ketetapan ini para
importir diwajibkan untuk membayar sejumlah persentase tertentu sebagai uang
muka untuk pembelian valuta asing yang mereka perlukan untuk mengimpor barang
yang mereka perlukan dari luar
negeri. Oleh karena importir harus menyerahkan uang muka lebih dahulu, uang
beredar dapat dikendalikan dari sisi impor oleh bank sentral melalui instrumen
ini dengan menetapkan persentase uang muka yang harus dibayarkan oleh importir.
INSTRUMEN TIDAK LANGSUNG
Jenis instrumen tidak langsung juga bermacam-macam dan
bervariasi, antara lain:
1. Cadangan Wajib Minimum (CWM)
Cadangan wajib minimum
adalah jumlah alat likuid minimum
yang wajib dipelihara oleh
bank. Cadangan wajib minimum dapat dibedakan
mejadi cadangan primer atau primary
reserves dan cadangan sekunder atau secondary
reserves. Cadangan primer
lebih dikenal secara
umum sebagai cadangan wajib minimum.
1.1
Cadangan Primer (Primary Reserves)
Cadangan primer atau yang umum dikenal dengan reserve requirement adalah instrumen
tidak langsung yang merupakan ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank
memelihara sejumlah alat likuid sebesar persentase tertentu dari kewajiban
lancarnya. Sebagian alat likuid tersebut ada yang harus dipelihara dalam bentuk
kas dan sebagian lainnya dalam bentuk rekening giro bank tersebut pada bank
sentral.
Cadangan primer ini termasuk instrumen tidak
langsung karena ia pada satu sisi akan mempengaruhi kemampuan bank memberikan
kredit dan pada sisi lain tingkat suku bunga. Meskipun merupakan instrumen tidak
langsung, cadangan primer
ini adalah jenis
instrumen yang bersifat non-market
based karena jumlah cadangan primer ditentukan oleh bank sentral.
Atas bagian cadangan primer yang dipelihara
dalam bentuk rekening giro pada bank sentral oleh bank sentral ada yang diberi
bunga (biasanya di bawah bunga pasar) dan ada juga yang tidak. Besarnya cadangan
primer ada yang ditetapkan untuk setiap hari dan
ada pula yang diterapkan rata-rata suatu periode (averaging), misalnya
satu minggu atau satu bulan, untuk memberikan fleksibilitas dalam
manajemen portofolionya.
Naik turunnya persentase cadangan primer akan
mempengaruhi ke-mampuan bank dalam memberikan kredit. Apabila persentase diturunkan, kemampuan bank dalam
memberikan kredit akan meningkat. Langkah
ini setara dengan
terjadinya penambahan jumlah
uang beredar (ekspansi moneter) yang akan mendorong penurunan suku
bunga. Selain itu, cadangan primer pada dasarnya berfungsi seperti pajak
(tax)5 atas
likui-ditas yang dimobilisasi oleh bank. Oleh karena itu, penurunan cadangan
primer akan menurunkan biaya dana dan pada
gilirannya akan dapat menurunkan suku bunga kredit. Sebaliknya, apabila
persentase cadangan primer dinaikkan, hal
tersebut setara dengan terjadinya penurunan jumlah uang beredar
(kontraksi moneter) yang dapat meningkatkan suku bunga.
Cadangan primer ini banyak digunakan oleh bank sentral
sebagai instrumen pengendalian moneter di samping
sebagai ketentuan kehati-
hatian (prudential regulation)
untuk memastikan bahwa bank-bank mempunyai likuiditas yang cukup setiap
saat bila nasabah
melakukan penarikan simpanannya. Namun, dalam perkembangannya, perubahan persentase cadangan primer secara
aktif sebagai instrumen pengendalian moneter semakin berkurang, terutama atas pertimbangan dapat memberi-kan dampak
yang buruk terhadap pengelolaan portofolio bank-bank. Di banyak negara maju
dewasa ini pengaturan mengenai cadangan primer telah ditiadakan atau persentasenya sangat rendah. Oleh
karena itu, cadangan primer dewasa ini lebih banyak berperan sebagai instrumen prudential.
1.2
Cadangan Sekunder (Secondary Reserves)
Di samping cadangan primer, ada kalanya bank sentral mewajibkan bank-bank untuk
memelihara sejumlah alat likuid tambahan di atas cadangan primer (atau merinci
lebih lanjut alat likuid tertentu yang harus
dipelihara di dalam
cadangan primernya). Tambahan alat likuid
tersebut seringkali dinamakan cadangan
sekunder (secondary reserves). Pada umumnya, alat likuid
yang dapat diperhitungkan sebagai cadangan sekunder
berbentuk surat-surat berharga baik milik
bank sentral
maupun pemerintah. Tujuan penetapan cadangan
sekunder pada umumnya berkaitan dengan upaya pemerintah atau bank
sentral dalam rangka mendorong bank-bank untuk membeli surat-surat berharga
milik pemerintah atau bank sentral.
2. Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah fasilitas
kredit (dan/atau simpanan) yang diberikan oleh bank sentral
kepada bank-bank dengan jaminan surat- surat berharga dan tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh bank sentral sesuai dengan arah kebijakan moneter. Tinggi rendahnya
tingkat diskonto akan mempengaruhi permintaan kredit dari bank. Dalam hal bank sentral
menginginkan terjadinya kenaikan suku bunga maka bank sentral dapat memberikan
sinyal melalui kenaikan tingkat diskonto (bunga) fasilitas ini.
Di
beberapa negara tingkat diskonto yang ditetapkan untuk fasilitas ini ada yang berada
di atas suku bunga pasar
uang antarbank (PUAB)
dan ada pula yang berada di bawah suku bunga PUAB. Pada umumnya, penggunaan fasilitas diskonto ini oleh bank-bank akan dikenakan penalti agar mereka tidak seringkali
menggunakan fasilitas diskonto dari bank sentral
mengingat fasilitas ini berfungsi sebagai mekanisme katup pengaman dalam menjaga stabilitas di
pasar uang.
Bentuk fasilitas diskonto
ini pada umumnya
berupa pinjaman dengan jaminan kepada sistem perbankan
dan suku bunga di atas suku bunga intervensi bank sentral (atau berupa simpanan dengan suku bunga di bawah pasar) sehingga suku bunga fasilitas diskonto ini akan
menjadi patokan suku bunga pinjaman tertinggi (ceiling), atau suku bunga simpanan terendah (floor). Contoh
instrumen ini diantaranya fasilitas repo (late repo
facility di Inggris), fasilitas pinjaman dan simpanan (di ECB), dan fasilitas
diskonto (di Amerika Serikat).
3. Fasilitas Rediskonto
Fasilitas rediskonto adalah instrumen tidak
langsung serupa dengan fasilitas
diskonto dalam bentuk fasilitas pinjaman jangka pendek (hanya berbeda pada
surat berharga yang digunakan bukan surat berharga bank sentral melainkan surat
berharga pasar uang) yang merupakan ketentuan
bank sentral dalam menetapkan tingkat rediskonto surat-surat berharga pasar uang (SBPU) yang dapat digunakan dan dirediskontokan ke (dibeli
oleh) bank sentral.
Pada umumnya, penerapan
fasilitas ini ditujukan untuk mengembangkan pasar surat-surat berharga pasar uang dan juga bermanfaat pada saat OPT masih
terbatas dan belum
berjalan dengan baik antara lain sebagai akibat
terbatasnya surat-surat berharga yang dapat dipergunakan sebagai instrumen operasionalnya.
4. Operasi Pasar Terbuka
OPT merupakan
instrumen kebijakan moneter tidak langsung yang penting
karena melalui OPT bank sentral dapat mempengaruhi sasaran operasionalnya (yaitu
suku bunga atau jumlah uang beredar) secara
lebih efektif. Dikatakan demikian karena sinyal arah kebijakan moneter
dapat disampaikan melalui OPT, yang
pelaksanaannya dilakukan secara
terbuka dan pembentukan suku bunganya ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Selain itu, OPT juga dapat
dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi dan kuantitas sesuai
dengan yang diinginkannya.
OPT berbentuk kegiatan jual-beli surat-surat berharga oleh
bank sentral, baik di pasar primer maupun pasar sekunder melalui mekanisme lelang atau nonlelang. Apabila
bank sentral akan
mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual surat-surat berharga (biasa disebut kontraksi) yang akan berdampak
pada pengurangan alat-alat
likuid bank- bank dan selanjutnya
akan memperkecil kemampuan bank-bank
memberikan pinjaman. Demikian pula sebaliknya, apabila bank sentral akan
menambah jumlah uang beredar, bank sentral akan membeli surat- surat berharga (biasa disebut ekspansi) yang akan berdampak pada peningkatan alat-alat likuid bank-bank dan selanjutnya akan
memperbesar kemampuan bank-bank memberikan pinjaman.
OPT merupakan instrumen tidak langsung yang
sangat penting karena
sangat fleksibel dibandingkan dengan instrumen-instrumen tidak
langsung lainnya, seperti cadangan primer atau fasilitas diskonto, dan keikutsertaan setiap institusi peserta
atas dasar sukarela, bukan kewajiban. Dikatakan fleksibel karena dapat dilakukan
atas inisiatif bank sentral dengan frekuensi
dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan. Fleksibel
juga karena OPT ini
dapat dilakukan di pasar
primer atau pasar sekunder dengan menggunakan berbagai
instrumen pasar uang,
seperti surat berharga bank sentral, surat berharga pemerintah, atau surat berharga
pasar uang. Selain itu, OPT fleksibel karena
bank sentral dapat
mentargetkan suku bunganya atau jumlah/kuantitasnya dan dapat bervariasi jangka waktunya. Instrumen-instrumen operasional OPT cukup banyak dan bervariasi, antara
lain:
4.1 Lelang Surat Berharga Bank Sentral
Lelang surat berharga bank sentral merupakan
salah satu instrumen operasional yang digunakan dalam OPT. Lelang ini dilakukan di pasar
primer karena bank sentral sebagai penerbit menjual langsung ke pasar.
Instrumen ini banyak
digunakan di beberapa negara, khususnya untuk memisahkan
sasaran kebijakan moneter dari sasaran
manajemen utang pemerintah. Selain itu, instrumen ini terutama digunakan
pada saat pasar sekunder belum cukup berkembang dan instrumen lain belum tersedia
untuk beroperasinya OPT secara efektif.
4.2 Lelang Surat Berharga Pemerintah
Lelang surat berharga pemerintah merupakan
salah satu instrumen operasional yang digunakan
dalam OPT seperti
lelang surat berharga
bank sentral. Adapun perbedaannya ialah
penerbitnya adalah pemerintah, bukan
bank sentral. Lelang
ini dilakukan di pasar primer karena pemerintah sebagai penerbit
menjual langsung ke pasar. Instrumen
ini juga banyak digunakan di beberapa negara, terutama digunakan pada saat pasar
sekunder belum cukup
berkembang untuk
beroperasinya OPT secara efektif.
4.3 Operasi Pasar Sekunder
Seperti telah disampaikan di atas, pasar sekunder
merupakan pasar uang yang lebih baik untuk
OPT. Di pasar sekunder
dapat dilakukan jual-beli
surat-surat berharga secara outright atau
repo (repurchase agreement). Hal ini hanya
akan dapat terlaksana apabila pasar sekunder telah berkembang baik sehingga
operasi ini banyak digunakan di sebagian besar negara
maju yang pasar sekundernya sudah sedemikian maju, likuid, dan surat-surat
berharga yang dapat diperjualbelikan tersedia dalam jumlah yang memadai.
Selain ketiga hal di atas, terdapat pula instrumen pengendalian moneter lain yang dapat berfungsi
sebagai instrumen operasional OPT namun
yang diperjualbelikan bukan surat berharga. Dua instrumen tersebut adalah
fasilitas simpanan bank sentral yang bersifat aktif dan operasi valuta asing
yang akan diterangkan di bawah ini.
5. Fasilitas Simpanan Bank Sentral
Fasilitas simpanan bank sentral merupakan salah
satu instrumen tidak langsung yang berbentuk simpanan bank-bank di bank sentral yang berjangka sangat pendek. Fasilitas
ini digunakan oleh bank-bank apabila
mereka mengalami kelebihan likuiditas pada akhir
hari namun tidak
dapat menempatkan dana kelebihannya itu di tempat lain. Oleh karena itu, suku
bunga fasilitas simpanan
ini pada umumnya
berada di bawah
suku bunga pasar. Fasilitas ini ada yang bersifat
aktif dan pasif. Pasif berarti inisiatif berada pada peserta pasar dan berapa pun jumlah yang akan mereka simpan
bank sentral harus menerimanya. Aktif berarti inisiatif berada pada bank sentral. Fasilitas yang bersifat
pasif sama dengan fasilitas diskonto yang berbentuk
simpanan sedangkan fasilitas yang bersifat aktif
dapat dipergunakan sebagai salah satu
instrumen operasional OPT tanpa
menggunakan surat berharga sebagai instrumen yang diperjualbelikan
6. Intervensi Valuta
Asing
Operasi valuta asing
merupakan salah satu instrumen tidak
langsung yang dapat digunakan dalam OPT, yaitu bank sentral melakukan jual-beli valuta asing di pasar valuta asing untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar dan nilai tukar. Misalnya,
apabila bank sentral
membeli valuta asing (dan
membayarnya dengan valuta
sendiri) berarti bank
sentral telah menambah jumlah uang beredar. Selain itu, permintaan akan
valuta asing naik yang dapat menyebabkan melemahnya nilai tukar valuta sendiri.
Jual-beli valuta asing ini dapat dilakukan secara spot (outright) atau swap. Jual beli secara
spot bermanfaat ketika
pasar valuta asing
di negara tersebut lebih
berkembang daripada pasar uangnya. Penggunaan lain instrumen ini
adalah untuk sterilisasi di saat banyak
investasi asing (berarti membawa valuta asing untuk
ditukar) masuk, untuk
menjaga jumlah uang beredar. Selain itu, pada saat
valuta sendiri melemah dan tertekan oleh satu dan lain hal, bank sentral dapat
pula menggunakan instrumen ini untuk menjaga kestabilan nilai tukar dengan
menjual valuta asing yang diminta oleh pasar. Namun,
operasi seperti ini
tidak dapat dilakukan terus- menerus karena
jumlah cadangan devisa
(valuta asing yang dimiliki bank sentral) ada batasnya.
7.
Fasilitas Overdraft
Fasilitas overdraft
adalah instrumen tidak langsung berupa fasilitas pem- berian pinjaman (dengan atau tanpa
jaminan) yang berjangka sangat pendek kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas jangka sangat pendek (kalah
kliring). Oleh karena
itu, fasilitas ini pada umumnya memiliki suku bunga di atas suku
bunga sumber-sumber dana lainnya di
pasar uang.
Cara kerja instrumen ini dapat digambarkan sebagai
berikut. Pada saat kliring akan ada bank yang menang
dan kalah kliring.
Menang kliring berarti
kewajibannya lebih kecil daripada tagihannya kepada bank-bank lain, atau sebaliknya. Bank yang kalah
kliring berarti harus
menyediakan dana likuid sebesar kekalahan tersebut. Bank yang
bersangkutan dapat menyediakannya dari dananya
sendiri, meminjam ke bank lain,
atau, kalau tidak ada
alternatif lain, meminjam ke bank sentral melalui fasilitas overdraft.
Fasilitas ini merupakan fasilitas standar dan merupakan
salah satu instrumen penting di banyak negara karena suku bunga overdraft dapat dijadikan sebagai suku
bunga kunci dalam perubahan arah kebijakan moneter.
8. Simpanan Sektor Pemerintah
Simpanan sektor pemerintah merupakan instrumen tidak
langsung yang dapat digunakan oleh
bank sentral terutama untuk pengendalian likuiditas jangka pendek.
Cara kerja instrumen ini sebenarnya hanya berupa realokasi
simpanan pemerintah yang berada di bank sentral dan di bank-bank
pelaksana/umum. Apabila bank sentral akan mengurangi jumlah uang beredar maka
dapat dilakukan dengan realokasi
simpanan sektor pemerintah yang berada di bank-bank umum ke bank
sentral. Demikian pula sebaliknya.
Instrumen ini pernah digunakan di beberapa negara, seperti
Kanada, Malaysia, dan Jerman sampai akhir 1993. Penggunaannya memerlukan
koordinasi yang baik antara bank sentral dan Kementerian Keuangan.
9. Lelang Kredit
Lelang kredit merupakan instrumen sementara yang dipergunakan dalam masa
awal transisi ke penggunaan instrumen
tidak langsung untuk mengubah
dari pemberian kredit langsung ke alokasi pasar.
Oleh karena itu, instrumen ini biasanya hanya digunakan ketika pasar-pasar keuangan belum berkembang dan suku bunga
patokan antarbank belum ada.
Dengan sistem lelang, alokasi kredit dapat
sesuai dengan kebutuhan pasar, dan suku bunga
pasar dapat terbentuk. Apabila surat-surat berharga
pasar uang sudah mulai berkembang, operasi lelang kredit ini dapat
direstrukturisasi kembali menjadi lelang repo.
10. Imbauan
Imbauan juga dapat
dipergunakan sebagai
instrumen tidak langsung
dalam pengendalian moneter oleh bank sentral. Imbauan akan menjadi efektif apabila bank sentralnya kredibel
dan tidak sering digunakan. Sebagai contoh, bank sentral mengimbau bank-bank
utama untuk menurunkan suku bunga pinjaman dan simpanan agar semua bank juga
mengikuti langkah bank-bank utama tersebut sehingga akan mempengaruhi sistem
perbankan/keuangan secara keseluruhan.
11. Instrumen Lain
Surat berharga yang dijual oleh bank sentral
pada umumnya berdasarkan suku bunga (interest based) namun dengan
berkembangnya perbankan syariah, bank sentral
juga dapat menjual
surat berharga yang berdasarkan syariah. Salah satunya adalah surat berharga wadiah bank sentral. Instrumen ini pada awalnya
disediakan oleh bank sentral sebagai
fasilitas simpanan bagi bank-bank syariah sehingga mempunyai kemiripan dengan fasilitas simpanan bank sentral yang
berdasar syariah. Namun, tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang instrumen
ini dapat pula dipergunakan sebagai salah satu instrumen operasional OPT.
DAFTAR
PUSTAKA
Ascarya. Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter. Seri
Kebanksentralan No 3. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Bank
Indonesia 2002
Komentar
Posting Komentar